Lonjakan Kasus HMPV di Indonesia, Waspada Penyakit Pernafasan Kembali Muncul

forum-nouveaumonde.org – Sejak awal 2025, Indonesia mencatat peningkatan kasus infeksi Human Metapneumovirus (HMPV), virus penyebab penyakit pernafasan yang jarang menjadi sorotan publik besar meskipun sudah lama ada di masyarakat. HMPV umumnya menular melalui droplet (percikan cairan dari batuk atau bersin) dan kontak langsung, terutama mempengaruhi kelompok rentan seperti bayi, lansia, dan penderita penyakit penyerta. Gejala yang muncul bisa ringan seperti flu biasa tetapi juga bisa berkembang menjadi pneumonia jika tidak ditangani dengan baik.

Secara ilmiah, HMPV memang bukan virus baru, namun efektivitas pengawasan dan imunisasi masyarakat yang belum memadai di beberapa wilayah menjadikan potensi penyebarannya lebih luas. Menurut pakar kesehatan masyarakat, untuk menahan laju infeksi perlu dilakukan identifikasi kasus secepat mungkin, isolasi pasien bila perlu, dan edukasi higiene pernapasan yang konsisten. Rumah sakit dan puskesmas harus siap melayani pemeriksaan diagnostik yang cepat seperti PCR atau tes antigen khusus pernapasan, agar diagnosis bisa dikonfirmasi lebih awal.

Perubahan iklim juga dianggap salah satu faktor pemicu munculnya kembali HMPV dengan lebih agresif. Rentang suhu ekstrem dan kelembapan tinggi memudahkan virus dan vektor pernapasan menyebar lebih efisien. Disamping itu, setelah pandemi COVID-19 beberapa kebiasaan protokol kesehatan—misalnya memakai masker dan menjaga jarak—berkurang, yang turut memperbesar risiko penularan penyakit pernafasan seperti HMPV.

Upaya pencegahan antara lain peningkatan kesadaran publik lewat kampanye kesehatan tentang cuci tangan, memakai masker saat batuk atau bersin, menjaga ventilasi ruangan, serta akses ke layanan kesehatan yang cepat. Pemerintah bersama stakeholder kesehatan di daerah perlu memperkuat sistem surveilans penyakit pernapasan agar pola wabah bisa dipantau dan respons bisa dilakukan lebih cepat. Dengan pendekatan yang komprehensif, lonjakan HMPV bisa dikontrol sebelum menjadi beban yang signifikan bagi sistem kesehatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *